Kamis, 15 November 2007

Buat yang kini merajai hatiku,
Terima kasih, untuk sejenak kebahagiaan yang kemarin telah kau ciptakan. Juga untuk sebentuk asa yang hari ini telah kau hancurkan. Haruskah kau kutinggalkan?
Katakan jika tak lagi dirimu menyayangku! Atau bahkan jika ada yang lain menyandingmu! Jangan pernah beranggapan tunjukkan sifat liarmu kan buatku membencimu. Karena, aku masih terlalu ingin menyayangmu.
Aku terlalu menyayangmu. Tak mungkin jiwa ini berpaling dari ujud kasar ragamu. Bahkan sekedar tak menoleh ketika aku mencoba berlaripun, tak pernah mampu aku lakukan. Kamu adalah jiwa yang merajai alam pikirku, yang menguasai puing harapku, yang memiliki seluruh asa dan pengharapanku.
Jika kau berfikir meninggalkanku akan membuatku berhenti mencintaimu, salahkan pikirmu! Aku tak sekedar menyayangmu saat kau permata dalam noda harimu, tak sekedar inginkanmu saat jiwamu menangis dalam pelukku. Tapi lebih dari itu, aku menyayangmu karena jiwa yang rapuh ketika hidup kan coba belokkan langkahmu. Aku merindukanmu saat kau terasing dalam sudut harimu.
Izinkan aku sekedar tunjukkan pada setiap lembar waktumu, bahwa kau mampu menjadi seperti apa yang mereka mau. Atau setidaknya biarkan jiwa ini kembali hangati jiwamu.
Aku percaya akan kemampuanmu, bahkan melebihi dari sekedar apa yang orang lain nilai darimu. Percayalah, kau akan menjadi seperti apa yang mereka mau. Tunjukkan pada dunia, dirimu bukan batu. Dirimu mampu!

Buat yang kini merajai hatiku,
Terima kasih, untuk sejenak kebahagiaan yang kemarin telah kau ciptakan. Juga untuk sebentuk asa yang hari ini telah kau hancurkan. Haruskah kau kutinggalkan?
Katakan jika tak lagi dirimu menyayangku! Atau bahkan jika ada yang lain menyandingmu! Jangan pernah beranggapan tunjukkan sifat liarmu kan buatku membencimu. Karena, aku masih terlalu ingin menyayangmu.
Aku terlalu menyayangmu. Tak mungkin jiwa ini berpaling dari ujud kasar ragamu. Bahkan sekedar tak menoleh ketika aku mencoba berlaripun, tak pernah mampu aku lakukan. Kamu adalah jiwa yang merajai alam pikirku, yang menguasai puing harapku, yang memiliki seluruh asa dan pengharapanku.
Jika kau berfikir meninggalkanku akan membuatku berhenti mencintaimu, salahkan pikirmu! Aku tak sekedar menyayangmu saat kau permata dalam noda harimu, tak sekedar inginkanmu saat jiwamu menangis dalam pelukku. Tapi lebih dari itu, aku menyayangmu karena jiwa yang rapuh ketika hidup kan coba belokkan langkahmu. Aku merindukanmu saat kau terasing dalam sudut harimu.
Izinkan aku sekedar tunjukkan pada setiap lembar waktumu, bahwa kau mampu menjadi seperti apa yang mereka mau. Atau setidaknya biarkan jiwa ini kembali hangati jiwamu.
Aku percaya akan kemampuanmu, bahkan melebihi dari sekedar apa yang orang lain nilai darimu. Percayalah, kau akan menjadi seperti apa yang mereka mau. Tunjukkan pada dunia, dirimu bukan batu. Dirimu mampu!

Hari ini lagi-lagi tak kau izinkan aku mendambamu
Tak kau biarkan hatiku menyentuh hatimu
Bahkan tanpa berkata kau coba tuk lagi merobek lukaku
Meski perih tanpa simpatimu
Kucoba bertahan menahan guguran asaku
Kau bertahan dengan keangkuhanmu
Serta dengan seluruh ego yang merajai jernih pikirmu
Begitu yakin kau bahwa tak kan ada restu teriring untukmu
Tuk sejenak saja menyandingku
Padahal jiwa ini tetap dan selamanya menginginkanmu
Walau sebesar apa aral menghadang langkahku
Aku ingin sekejap saja wujudkan impian terbesar dalam hidupku
Aku ingin bersamamu
Yakinkanlah dirimu
Jiwa ini senantiasa inginkanmu
Rindu ini kekal mendambamu

AKU TETAP MENCINTAIMU SAMPAI KAPANPUN JUA

Terima kasih untuk sebentuk harap yang telah kau cipta
Pula untuk secuil asa yang kau jaga
Tulus cinta goyahkan rasa
Ingin jiwa ini menyandingmu segera
Aku memang bukan peri yang buatmu bahagia
Bukan pula malaikat dengan sepasang sayapnya
Aku hanya ranting kecil di hutan belantara
Yang mana kan segera remuk tubuhku jika pengorbananmu berkuasa
Bukan salahmu jika cinta memaksamu korbankan semua
Mulai dari asa, cita juga cinta
Namun sayang,
Pengorbananmu selamanya kan sia-sia
Karena cinta ini tak pernah kan terganti oleh apapun jua
Maafkan aku untuk secuil rasa yang tak jua sirna
Tak pernah kuharap cinta ini mekar adanya
Karena ku yakin dalam hatimu bukan diriku yang bersahaja
Kini kumiliki jiwa kosongmu dalam lembar sepi
Mengganti butir-butir asa yang tak pernah pasti
Hadirkan sejenak kenangan tentang semua yang telah terjalani
Termasuk,
Untuk dosa yang tak pernah disadari
Khilafku goyahkan keyakinanku
Menyeretku ketika ingin aku sekedar sadarkanmu
Dan kini semua tlah tertempuh
Tanpa pernah bisa aku berlari menjauh
Kini tinggal cinta yang kan memaksamu segera
Pergi atau temani hingga ajalku tiba
Dan jika masih boleh aku berkata
“AKU TETAP MENCINTAIMU SAMPAI KAPANPUN JUA”

KARENA AKU MENCINTAIMU

Terlalu lama kau menghilang
Terlalu indah anganmu terkenang
Kini kau datang
Setelah sekian lama rinduku terpendam.
Ujudmu nyata sebentuk rupa
Pancarkan kembali kilau pesona
Namun hanya tanya yang nyata dengan kata,
“Mencintaiku? Pantaskah?”
Mengenangmu adalah hal tersulit
Dan mendambamu adalah kenyataan yang pahit.
Tapi inilah wujud kuasa jiwamu
Yang senantiasa menyihirku dengan auramu
Walau bukan ujud simpatik yang muncul di hadapku
Tapi sungguh, aku mencintaimu.
Izinkan rasa ini mekar kembali!
Izinkan hati ini memimpikanmu lagi!
Dan biarkanlah asa ini mekar mewangi!
Karena aku mencintaimu
Karena aku meninggikanmu
Itulah mengapa aku berani mendambamu
Maafkan aku jika cintaku terlalu tinggi
Maafkan aku jika hasratku membuatmu ingin pergi
Tapi kali ini kupinta jangan pergi
Apalagi berhasrat untuk tinggalkanku sendiri
Tak sanggup aku tanpamu
Tak bisa aku jauh darimu
Bersamamu, adalah impian terbesar hidupku
Karena aku mencintaimu

TERLALU MENCINTAIMU

Untuk sebuah kesalahan yang tak pernah kau maafkan,
Untuk sebuah hati, yang tak pula mungkin kau pernah sanggup tuk pahami
Bukan untuk sebuah permintaan
Bukan pula permohonan akan kesanggupan
Mungkin tak pernah dirimu kan mengerti
Bahkan percaya pun mustahil adanya
Tapi inilah kenyataan
Inilah pernyataan
Tentang hati yang pernah milikimu
Inilah kesaksian
Pencurahan serta pengakuan beribu dosa
Sebelum, ketika, dan setelah hatimu terpilih
Maaf bila aku terlalu mimpikanmu
Maaf bila aku terlalu mendambamu
Namun andai kau tahu,
Jiwamu pantaslah memang untuk terkagumi
Nuranimu dapatlah memang untuk sekedar dipuji
Tapi mungkin dirimu takkan pernah izinkan
Karena keangkuhanmu tak pernah bisa luluskan
Inilah kesombongan
Keangkuhan
Tapi itulah sebabnya hatimu kucintai
Itulah mengapa jiwamu kusayangi
Bukan karena ketulusanmu
Bukan kebaikan
Bukan pula pengorbananmu
Maaf jika jiwa ini pernah melukaimu
Maaf jika hati ini pernah menyakitimu
Mungkin juga akan semua ucapku
Yang telah tega menusuk perasaanmu
Khilafku lakukan itu
Bukan kesengajaan
Percayalah!
Semua terlakukan untukmu
Hanya sekedar ingin agar tak hancur jiwamu karenaku
Karena aku, sungguh tak pernah pantas menyandingmu
Dan kini,
Sungguh tak pernah aku ingin kau tahu
Air mata telah menetes di pipiku
Namun tak pernah aku pandai berpura
Di depanmu,
Mampu kau baca isi hatiku
Percuma sumpah itu
Percuma keinginan tuk terlihat tegar di depanmu
Nyata diriku rapuh
Nyata hatiku menangis
Juga teriris saat kau menyandingnya
Sabarkanlah hatiku
Kuatkanlah
Seperti ketika pertama asa ini menerimamu
Maaf,
Aku masih terlalu mencintaimu

TERLALU MENCINTAIMU

Untuk sebuah kesalahan yang tak pernah kau maafkan,
Untuk sebuah hati, yang tak pula mungkin kau pernah sanggup tuk pahami
Bukan untuk sebuah permintaan
Bukan pula permohonan akan kesanggupan
Mungkin tak pernah dirimu kan mengerti
Bahkan percaya pun mustahil adanya
Tapi inilah kenyataan
Inilah pernyataan
Tentang hati yang pernah milikimu
Inilah kesaksian
Pencurahan serta pengakuan beribu dosa
Sebelum, ketika, dan setelah hatimu terpilih
Maaf bila aku terlalu mimpikanmu
Maaf bila aku terlalu mendambamu
Namun andai kau tahu,
Jiwamu pantaslah memang untuk terkagumi
Nuranimu dapatlah memang untuk sekedar dipuji
Tapi mungkin dirimu takkan pernah izinkan
Karena keangkuhanmu tak pernah bisa luluskan
Inilah kesombongan
Keangkuhan
Tapi itulah sebabnya hatimu kucintai
Itulah mengapa jiwamu kusayangi
Bukan karena ketulusanmu
Bukan kebaikan
Bukan pula pengorbananmu
Maaf jika jiwa ini pernah melukaimu
Maaf jika hati ini pernah menyakitimu
Mungkin juga akan semua ucapku
Yang telah tega menusuk perasaanmu
Khilafku lakukan itu
Bukan kesengajaan
Percayalah!
Semua terlakukan untukmu
Hanya sekedar ingin agar tak hancur jiwamu karenaku
Karena aku, sungguh tak pernah pantas menyandingmu
Dan kini,
Sungguh tak pernah aku ingin kau tahu
Air mata telah menetes di pipiku
Namun tak pernah aku pandai berpura
Di depanmu,
Mampu kau baca isi hatiku
Percuma sumpah itu
Percuma keinginan tuk terlihat tegar di depanmu
Nyata diriku rapuh
Nyata hatiku menangis
Juga teriris saat kau menyandingnya
Sabarkanlah hatiku
Kuatkanlah
Seperti ketika pertama asa ini menerimamu
Maaf,
Aku masih terlalu mencintaimu

Buat kamu,
Saat pertama hati ini memilihmu, keraguan akan ketulusanmu merajai jiwa dan relung asaku. Kau begitu tenang, seolah yakin bahwa diriku kan termiliki. Padahal aku tak pernah kau yakinkan, bahwa hanya diriku yang merajai pikirmu.
Hingga sempat ku berfikir, cinta yang kau ucap hanya bagian dari pemuasan statusmu. Tanpa keikhlasan itu mengiringi tingkahmu. Aku sadar bahwa diriku hanyalah sebagai pemenuh inginmu. Tapi ketakutanku merubah jalan pikirku.
Aku membutuhkanmu.
Membutuhkanmu tak lebih dari sekedar penguasa kerajaan hatiku. Bukan sebagai cinta yang seharusnya termiliki, bukan sebagai harap yang seharusnya teraih.
Atau mungkin karena iba? Tak lebih dari keadaanmu yang menawan hatiku. Menyeretku ke dalam rasa bersalah pabila meninggalkanmu. Dirimu butuh aku, yakinku. Hingga takkan lagi mungkin jiwa ini merasa sanggup tuk tinggalkanmu.
Tanpa kesempurnaan aku memilihmu, tanpa perasaan, pula tanpa keyakinan. Hanya berbekal keinginan, agar tak lagi hidup ini meracunimu.Serta keinginan, agar jangan lagi dosa itu terulang padaku. Jangan pernah buatku hancur, jangan pernah! Karena aku telah kau miliki.
Hingga akhirnya kau genggam erat jemari ini, dan lirih kau berucap, tak lagi cinta ini sanggup bertahan. Bukan karena keangkuhanmu yang senantiasa menawan hatiku. Bukan pula karena kesombongan yang membuatku jatuh hati padamu. Tapi inilah jalan yang telah terpilih, dan harus tertempuh. Hanya karena restu ikhlaskan semua terhenti. Hanya karena mereka yang tak pernah sanggup menyaksikan, seberapa besar pengorbanan yang telah terjalani. Atau karena hatiku yang mencampakkanmu?
Maaf…….
Maafkan diriku
Yang telah membuat hatimu terluka
Tak mungkin lagi dirimu kan milikiku. Sekalipun hanya dalam mimpi-mimpimu, haram kau hadirkan aku. Kamulah bagian dari mimpi-mimpi burukku, bagian dari tangis yang membasahi hatiku. Dirimu bukan malaikat yang memiliki bahagiaku, bukan peri yang senangkanku.
Dan setelah kau menjauh, baru aku pahami, bahwa aku benci dengan ketulusanmu, pengorbananmu, dan segala yang kau beri agar tak lagi jiwa ini terluka. Tapi aku nggak akan pernah sombong, aku sayang keegoisanmu, kagum akan keangkuhanmu, cinta kesombonganmu, dan rindu semua hal darimu, yang membuatku menangis.
Entah mengapa cinta datang
Saat sudah terjadi perpisahan
Satu hal yang ingin selalu untuk kau tahu, jiwa ini tetap inginkanmu. Walau mungkin tak pernah kau mampu percaya akan tuturku. Aku hanya ingin buktikan besarnya cintaku kepadamu, walau tak pernah kau izinkanku.
Ho……o…….aku….
Hanya ingin kau tahu
Besarnya cintaku
Tingginya khayalku bersamamu
Aku terus menunggumu. Menunggu hingga nanti kau bisa percaya hatiku. Menunggu tanpa kepastian, hingga di ujung waktu manakah dirimu kan lagi tenangkan pikirku. Aku hampir gila karenamu!!!!!!!!
Betapa hasrat ini inginkan ujudmu. Sangat ingin. Namun kamu bukanlah lagi milikku yang sanggup termiliki, bukan lagi jalan yang sanggup tertempuh.
Hingga akhirnya kutemui kau dalam sudut gelap hatiku. Menawan hatinya, dan hancurkan asaku. Tapi itu bukan salahmu, karena tak lagi jiwa ini bersatu denganmu. Kau terpisah, dan tak lagi kan menyatu denganku.
Tapi seseorang itu karibku. Dia pernah pula menghiburku, pernah pula membesarkan harapku.
Tapi apa yang kau beri untukku
Kau tukar semua dengan luka
Dan kesakitanku
Semoga dengan ini kau bisa tahu, bahwa hati ini masih menginginkanmu, bahwa jiwa ini masih menyayangmu, dan raga ini masih inginkan hangat pelukmu.
Meski tanpa hadirnya ujud kasarmu di sisi jiwa ringkihku, setidaknya izinkan aku mengkhayal bahwa jiwamu yang temaniku disini.

Dear, Lova
Aku nggak tahu gimana lagi aku harus bersikap terhadapmu. Sekian lama aku coba untuk mengerti maksud hatimu, maka selalu kegagalan yang kudapati. Aku lelah, lelah terus menjadi seseorang yang selalu berusaha untuk mengerti dirimu. Lelah selalu menjadi bagian dari amarahmu.
Aku nggak akan pernah bisa menjadi bagian dari hatimu, nggak akan pernah bisa membagi dukaku denganmu. Karena nyata, tak pernah secuil pun hatimu terbagi denganku. Tak pernah aku bisa mendapatkan posisi yang dulu pernah kulepaskan demi bahagiamu.
Kebahagiaan akan datang ketika kita melihat orang yang kita sayang juga bahagia. BOHONG………………… Karena aku tak pernah bahagia melihatmu menjalin cinta dengannya. Aku nggak ngerti, bener-bener nggak ngerti. Setan apa yang ada di otakku, aku nggak ngerti. Kenapa aku begitu hina mencintaimu?
Seperti inikah ujudku? Tak henti membelamu padahal tak pernah kau sadar bahwa aku mati-matian membelamu? Kenapa aku nggak pernah menyesal membelamu? Aku nggak ngerti, kenapa cinta ini tak bisa kubagi? Kenapa cinta ini tak bisa kukurangi?
Apakah benar aku mencintai kebusukanmu? Apakah aku mengagumi keangkuhanmu? Bukakan mata ini!
Sadarkan aku bahwa dirimu senantiasa melukaiku, katakan bahwa dirimu selalu menyakitiku! Tunjukkan bahwa kesalahanmu tak pantas kumaafkan!
Aku benci kamu, benci kata-kata manis dan janji-janjimu, benci senyum hangatmu, benci kejujuranmu.
Maafkan aku! Aku masih sangat mendambamu! Aku masih terlalu ingin menjadikanmu malaikat dalam hidupku. Aku masih menyayangimu.

Kebohongan ini menghancurkanku
Kenapa harus aku mengatakan aku menyayangimu?
Sedangkan jiwanya saja tak pernah bisa lari dari pelupuk mata
Dan bahwa membencimu tak jua aku rela
Apalagi membiarkanmu lari dari seluruh asa
Karena kebohonganku menuntunku kini
Tunjukkanku bahwa kamu ternyata sempurna yang tak pantas tuk dicela
Aku menyadarinya kini
Bercabanglah sudah keinginan untuk milikimu
Ada dia dan dirimu dalam dua sisi hatiku

Aku nggak akan pernah tahu gimana kelanjutan hubungan ini, setelah hampir sebulan aku mengharap kehadiranmu, menantikan setiap detik waktu untuk bertemu dirimu, sekedar menyapamu.
Kini kamu hadir dalam setiap lembar waktuku, Tuhan….Dekatkanlah jika ini pilihan untukku, dan jauhkanlah jika dia mampu buatku kembali merapuh!!!!!!!
Dekat, dekat, bahkan sangat dekat ujud kasarmu dengan badan ringkihku, tapi mengapa hatimu menjauh?
Dan kini dia hadir saat dirimu berada dalam genggamku, menumbuhkan kembali rasa yang telah tercabik. Kini dia datang walau tanpa segenggam rindu, hanya katakan “Siapakah yang telah menawanmu? Lebihkah, dibandingkan aku?”
Tak, tak pernah dirimu merebutku, tak pernah kau menangkan pertarungan ini, akulah yang memilihmu, yang memaksamu masuk ke setiap luka hatiku.
Aku mencintai kesalahanmu, kesalahan yang sungguh tak bisa pula aku hindari. Kesalahanmu, dosamu, benarkah aku membutuhkannya? Apakah harus dengan kesalahan itu ketakutanku tertebus? Apakah hanya dengan kebencian ini lukaku kan terobati?
Maaf jika dosa itu kembali melimpahimu, semata karena aku ingin menjadi sempurna di hadapmu,
Dia pun kini mencoba berlalu, dan tak pernah aku yakin dia bisa pergi dari semua mimpi-mimpi di lelap tidurku. Aku mencintaimu, namun dia? Maaf karena aku masih juga mencintainya. Semoga lelapmu menghantarmu dalam pintu kebahagiaan!

Kesempurnaan cinta tak pernah tampak dari satu sisi dusta
Sama seperti keyakinan yang tak jua pernah terlihat hanya dari sekedar kata
Mencintaimu bukan hanya sekedar fakta, namun inilah takdir yang tak bisa tertolak
Mendambamu mungkin impian belaka
Karena tak akan jiwa ini mampu curahkan asa.
Aku mencintaimu walaupun hanya setitik dari luapan benci
Menginginkanmu walaupun tak pernah kan termiliki
Dan ketika jiwamu datang bersama harapku
Tercurahlah sebagian yang menganak sungai
Melembutkan hati yang kasar oleh buah pikirku
Aku mencintaimu walau tak kau izinkan
Menjadikanmu malaikat walau tak kau perbolehkan
Tapi kau memberiku harap
Menyatukan hati yang berkeping
Inilah ujud keangkuhanmu?

Kesempurnaan cinta tak pernah tampak dari satu sisi dusta
Sama seperti keyakinan yang tak jua pernah terlihat hanya dari sekedar kata
Mencintaimu bukan hanya sekedar fakta, namun inilah takdir yang tak bisa tertolak
Mendambamu mungkin impian belaka
Karena tak akan jiwa ini mampu curahkan asa.
Aku mencintaimu walaupun hanya setitik dari luapan benci
Menginginkanmu walaupun tak pernah kan termiliki
Dan ketika jiwamu datang bersama harapku
Tercurahlah sebagian yang menganak sungai
Melembutkan hati yang kasar oleh buah pikirku
Aku mencintaimu walau tak kau izinkan
Menjadikanmu malaikat walau tak kau perbolehkan
Tapi kau memberiku harap
Menyatukan hati yang berkeping
Inilah ujud keangkuhanmu?

Dua yang termanis telah menawanku
Menyeretku dalam kepasrahan waktu
Menyerahkan semuanya seolah bibir ini tak mampu membela akalku
Salahkah aku mengenalmu?
Dosakah aku mencintaimu?
Hampir tak jua semenit waktu kau beranjak dari jiwa sehatku
Menyeretku hingga otakku mati untuk selalu memikirkanmu
Dua termanis yang pernah menghidupiku
Menyemangatiku kala yang terpahit menghancurkanku
Mengapa berubah haluan ini?
Mengapa yang termanis membuatku pahit?
Dan mengapa yang pahit serasa manis?

Timbun saja lagi janji itu di antara tumpukan jerami
Ketika dulu kau temukan pun toh kau tak mau perduli
Jangankan untuk sekedar mengingatnya pernah terlontar
Untuk niatannya pun kau tak pernah sudi mengingatnya
Hempas….Hempaskan lagi di atas rumput yang mengering
Bukannya kau merasa nyaman seperti terhempas di kasur empukmu?
Renggut saja lagi semua dari sudut bayangku
Buatlah seolah tak ada hal yang membuatku berpasrah
Aku disini bukan untuk mengharap hadirmu
Tanpa dirimu aku telah cukup berkuasa
Merajai………menguasai……….
Semua ada di genggamanku
Hanya sedetik waktu pernah aku merindukanmu
Dan semua terjadi ketika aku telah terpanggil
Telah mencoba untuk sekejap saja berdiri tegar
Dan aku tak kuasa menghapus jejakmu
Cukuplah sudah aku mencintaimu
Seharusnyalah kini aku mulai membencimu

Rabu, 14 November 2007

Patah hati part two

Entaah kenapa, setelah Vino bikin aku sakit hati, lagi-lagi aku inget dua termanis dalam hidupku. Mas Baby, juga Ruby.
Apa kalian disana merasa?
Aku kangen kalian.
Aku pengen kita bertiga bisa kaya dulu.
Mas Baby, walaupun bukan aku yang menjadi pengantinmu nanti, walaupun bukan aku yang mengandung anak-anakmu nanti, apakah masih boleh aku menyayangimu?
Ruby, walau telah kau rebut bahagia ini, walau telah kau hancurkan asa ini, apakah aku masih boleh menjadikan kau kakakku?
Aku sayang kalian.
Menyayangi kalian seperti ketika dulu kalian masih di sampingku.
Kenapa sekarang semua berlalu?
Mas Baby........
Ruby.............

Patah hati

Hai teman.....
Rada lemez ne. Gw baru aja patah hati. Vino............
Aku benci kamu. Kenapa kamu tega?
Dulu, kamu,
Tapi semalem,
Kamu hancurin mimpi-mimpiku
PS : Gak usah dibaca. Biasa, orang sarap lagi sarapan

Selasa, 13 November 2007

Met siang teman....... Ngantuk banget ne. Semalem tidur cuman setengah jam aja. Why guls? Hiy...hiy.... Kumat lagi Mum. Tahu ga c neng, semalem tu ye, ada yang gw ajakin kenalan. Gw panggil Vino aja yuk. Katanya c, dy mirip-mirip gitu ma Vino G Bastian. Gak percaya? Sama (Cuory, cuory!!!) Ikutin wawancaranya yuk! Gw " Kamu kaya apa c?" Dy " Kamu tahu film......" Gw " Gak tuch. Jarang nonton tipi" Dy " Gak punya tipi yach?" Gw " (Mampus kucing lo botak) Jarang c, sibuk banget c, hari-hariku cuma buat buku ma kompie aja" Dy " Tahu iklan Honda Revo gak?" Gw " Yang?" Dy " Cwo ma cwe tu" Gw " Nabila Syakieb?" Dy " Heemh, yang cwo, yang cakep, yang rambutnya panjang" Gw " Jonathan Mulya" (Dy pasti mikirnya gw gablek bgt) Dy " Bukan...bukan... yang maen 30 hari mencari cinta" Gw " Ow, sorry salah, Vino G Bastian?" Dy " Yup. Aku mirip banget tu ma dia" Maaf Tuan!!! Anda terpilih menjadi orang ternarsis malam kemarin Btw, asyik juga ce ngobrol ma dia. Seru. Eh, kalo gw jatuh cinta ma dia gimana ne? Jangan dunkz!!!!! Lebih baik naikkan saja uang sakuku daripada tidak dipotong (Lho....) Btw, buat yang punya nama Vino, Jule', atau siapa ja, met kenal ya. Maaf, semalam saya mengganggu tidur indah Anda. Next time, boleh dunkz ketemu langsung... Tungguin ya!!!! Sekalian katanya mo dengerin gw ngomong pake berbagai logat? Ajarin speak English fluently ya!!!! Luv u Maz

Senin, 12 November 2007

Si cantix (???) lagi sakit ne? Salah makan kalee.
"Yak tul" Dokter said.
Da pa c honey? Tau ne om. Mules, mual, muntah, pusing, nyeri ulu hati, meriang.
Kok komplit c?
Iya. Jadi rada males posting ne.
Eh, smalem ne ya, uda disuruh opname. ABCDE.....
Aduh Bro, Chapek De Eyke
KAGAKK............
Mending disuruh tidur daripada disuruh opname (Lho?)
Emang badan gw bantal pa (?!?)

Sabtu, 10 November 2007

Puseeng

Wa, gud, gud.
Barusan rapat paripurna ne....
Berakhir juga dosa ne. Dosa? Wadefak? Yak tul!
Tanpa duduk di kepengurusan taon lalu, berarti tanpa dosa hidup hambamu ne Tuhan!!!!
Mas Baby diem wae? Sakit gigi,kah? Caci maki saja diriku bila itu bisa membuatmu kembali bersinar dan berpijar seperti dulu kala.............
Aku kangen kamu ne By. Who By? Ruby or Baby? Both guys. They are my sweet enemy.
Makaci buat aer mata ne. Ngalir da ntar tanggal 24. Itupun kalau kamu dateng.Kamu berarti. Tanpa kamu aer mata ni gak bakal ngalir. Itu berarti, pipiku gak kan dicuci. Ketahuan gak mandi ne